MEMBANGUN KONSTRIBUSI PAJAK
DI ERA MILENIAL
Dimulai dari pengertian
pajak, pajak merupakan pungutan wajib menurut undang-undang yang dibayar
rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan
masyarakat umum. Adapun sisi pajak dari segi perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat atau sektor individu kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak
menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan
individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang
dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang
dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Nah, pajak
di Indonesia dibedakan menjadi dua macam, yakni pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak pusat adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat,
seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan bea materai. Sedangkan
kebalikannya, pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh
pemerintah daerah. Pajak daerah terbagi kedalam 2 wilayah yaitu pajak provinsi
dan pajak kabupaten atau kota masyarakat.
Di era milenial ini, tentunya banyak pengeluaran negara yang harus digunakan
untuk belanja negara. Tentu setiap negara ataupun masing-masing suatu wilayah
tidak akan bisa bertahan bila tidak ada sumber pendapatan untuk kas negaranya
masing-masing. Banyak sumber pendapatan yang dimaksud, salah satunya pajak.
Setiap tahun, pajak selalu menyumbang pendapatan paling besar dari keseluruhan penerimaan negara di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sektor pajak masih tetap paling dominan dalam mendukung pendapatan negara dibanding sektor-sektor lain semacam penerimaan keuntungan
Sumber Daya Alam migas atau penerimaan
non-migas.
Akhir-akhir ini kerap kali banyak bencana yang timbul pada era globalisasi ini.
Semakin bertambahnya usia bumi, semakin bertambah pula bencana alam di
dalamnya. Bisa kita saksikan banyak sekali kerugian, baik dari kerugian harta
benda dan korban jiwa yang berceceran akibat bencana tersebut. Tentu mereka
pasti memerlukan dana bantuan demi kelangsungan hidup mereka kembali.
Pemerintah pasti yang akan mengusahakan bantuan itu. Maka dari itu, hasil kas
negara dapat dikurangi untuk menggalang bantuan dana. Tapi kas negara tidak
akan banyak bila tidak didorong dengan upaya pentingnya pajak. Maka dari itu,
pajak juga sangat berguna dalam upaya negara untuk mengabdikan diri pada
rakyatnya.
Lantas mengapa orang selalu mengeluh
saat disuruh membayar pajak? Jawabannya goblok goblokan ya, begini, untuk
mendanai negara itu pasti. Yang saya tahu orang tua saya hanya membayar
pajak kendaraan bermotor dan pajak bumi bangunan. Padahal tentu banyak alur
untuk penerimaan pajak. Apa gunanya ? Untuk membiayai gaji pegawai negeri salah
satunya, setahu saya. Selain itu untuk pembangunan fisik berupa jalan dan jembatan
dapat kita rasakan manfaatnya. Di Trenggalek misalnya banyak sekali pembangunan
jalan raya, perbaikan jembatan yang rusak, pembangunan mushola,banyak tenaga
kerja. Dana itu semua diperoleh darimana? Pajak tentunya.Yang merasakan
nikmatnya siapa? Yang membayar pajak tentunya. Lantas mengapa orang selalu
mengeluh atas itu semua? Padahal itu semua diperuntukkan guna membangun daerah
mereka.
Pajak merupakan hal yang sangat
dominan dalam kehidupan di era globalisasi. Dengan demikian pajak sangat
berperan penting bagi kaum muda era milenial ini . Generasi milenial selalu
tumbuh dengan adanya kemajuan teknologi, informasi, kebebasan untuk memilih dan
lain sebagainya. Generasi ini pula bebas dalam menentukan ingin menjadi seperti
apa dia kelak. Akan tetapi kebebasan di sini maksudnya adalah masih dalam
koridor yang positif. Kenapa bisa dikatakan generasi bebas? Karena besarnya
peluang yang ada dan perubahan sifat orang tua yang lebih supportif dibanding
orang tua sebelumnya.
Munculnya generasi milenial membuat
pelaku usaha harus memutar otak karena karateristik generasi ini sangat
dinamis. Apa itu generasi milenial ? Millennialis atau kadang juga disebut
dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu
orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials
adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennialis sendiri
dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya,
apalagi dalam hal yang berkaitan dengan kemodernan dan kecanggihan teknologi
baik informasi maupun teknologi komunikasi.
Generasi millennials memiliki ciri
khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna, handphone juga
internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam mengperasikan
dan memanfaatkan keuntungan teknologi.
Di Indonesia sendiri dari berjuta-
juta penduduk yang telah tercatat, terdapat beberapa juta yang merupakan
generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini berarti Indonesia
memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi, kemanakah mereka
pergi? Apakah mereka bersembunyi? Iya, bersembunyi dibalik pandainya teknologi.
Sungguh khawatir, jika kita
melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat mendominasi jika
dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan
sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan kesempatan
dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak peduli
terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun
perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya
peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi
yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.
Nah, maka dari itu di esai kali ini
saya akan membahas bagaimana penggabungan antara kaum milenial dan perputaran
otak untuk memajukan kostribusi perpajakan yang sesuai dengan era kemajuan
zaman. Selain itu, disii saya akan membahas bagaimana peran serta masyarakat milenial
yang konon katanya “pandai” untuk mengoperasikan kecanggihan alat dan otak demi
terselenggaranya perpajakan yang makmur dan memadai.
Bagaimana solusinya agar
konstribusi pajak bisa sukses terbangun di era milenial ini?
Sebagai generasi yang cerdas dan mandiri
tentunya harus memikirkan pembangunan pajak yang mudah dilakukan oleh
anak zaman “now” atau bisa disebut anak zaman sekarang. Mereka hanya perlu
berfikir.Yang pertama kali dipikirkan yaitu pentingnya pajak bagi kaum muda
saat ini. Banyak inovasi yang muncul dari para kaum milenial melalui pentingnya
penyebaran pajak bagi lingkungan sekitar. Inovasi disini berarti gagasan baru
yang kreatif atau menciptakan hal-hal yang baru.
Pertama,mereka tumbuh dengan IPTEK,
dan seharusnya mereka juga bisa memberikan inovasi tentang pajak melalui IPTEK.
Dengan begitu, IPTEK bisa mereka terapkan kepada pajak. Mereka bisa memunculkan
ide kreatif mengenai bagaimana mengelola pajak dengan karangan ide terbaru
mereka. Kemudian mereka juga bisa mensosialisasikan kepada masyarakat luas
melalui sosial media tentang anjuran kepada masayarakat untuk membayar pajak
dan pentingnya pajak bagi kalangan luas.Namun mereka lakukan dengan kekreatifan
dan inspirasi dan kaum milenial yang memiliki kecerdasan dan kemauan yang luar
biasa.
Namun,
permasalahan mutlak lain yang harus dihadapi generasi milenial antara lain terbatasnya sumber-sumber dana yang dihasilkan dari sektor pajak. Ini
artinya dari sejumlah penerimaan dari sektor pajak tersebut masih ada peluang
untuk ditingkatkan dengan cara menambah daftar wajib pajak baru sehingga
efeknya juga akan menambah penerimaan negara sektor pajak. Sektor pajak memang butuh
diprioritaskan lebih mendalam agar menjadi
sumber penerimaan negara yang dapat menutup defisit anggaran dan dapat
menutup hutang hutang negara .
Media
sosial, merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kalangaan anak muda.
Termasuk saya sendiri, kalau tidak hidup dengan internet, instragam, dan
lainnya mungkin hidup serasa ada yang “kurang”. Anak zaman sekarang sering pula
memanfaatkan sosial media untuk memperoleh penghasilan. Misalnya mereka dapat
memperoleh uang dari hasi endorsment,dan lainnya. Jika mereka bisa memperoleh
pendapatan dari internet, transakasi pembayaran yang serba online, mereka juga
bisa memutar otak untuk membangun konstribsi pajak dengan baik dan meningkatkan
mutu nya lewat pembayaran online.
Pemanfaatan internet dan media
sosial sebagai sumber penghasilan dan munculnya berbagai jenis pengusaha online
menimbulkan adanya transaksi digital, yaitu jual beli barang atau jasa secara
elektronik yang dapat disebut e-commerce. E-commerce juga
dapat diartikan sebagai proses berbisnis dengan menggunakan teknologi
elektronik. Semua hal tersebut dapat menjadi ajang untuk memperluas potensi pajak
dan untuk mengoptimalkan jumlah pendapatan pajak di Indonesia.
Kedua meningkatkan gerakan sadar pajak bagi mereka sendiri. Mungkin saat ini
Indonesia masih bisa bernafas lega terhadap utang-utang nya kepada luar negeri.
Namun tidakkah mereka sadari bahwa, kebiasaan diri untuk sadar pajak akan
mempengaruhi pola pikir mereka untuk menggantikan para lembaga-lembaga sekarang
di masa yang akan datang. Siapa lagi yang berperan memimpin dan memajukan
bangsa Indonesia kalau bukan kaum muda milenial saat ini? Orang yang mampu
menularkan sadar pajak kepada dirinya sendiri dan seluruh lingkungan sekitar
berarti ia telah membentuk Indonesia yang cerdas, maju, dan bermutu tinggi, dan
bahkan sampai menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian Internasional.
Ketiga, dapat dilakukan oleh guru atau dosen untuk mempersiapkan kaum muda
milenial yang berperan baik dalam sektor perpajakan. Misalnya guru atau dosen
menggandeng Ditjen Pajak untuk memberi cekokan ilmu dan bahan dasar pengajaran
mengenai sektor perpajakan sehingga dapat memunculkan pula mahasiswa
berkompeten yang peduli pajak.
Berbicara melalui Ditjen Pajak. Peran Ditjen Pajak sangat utama. Selain
menggandeng para dosen,ditjen pajak memiliki alur lain untuk meningkatkan upaya
konstribusi pajak diantaranya menjalankan dengan baik semua visi misi nya tanpa
adanya pelanggaran apapun dan dapat dilakukan pula dengan memilih duta inklusi
yang berasal dari para pendidik untuk lingkungan Ditjen Pajak.
Cara keempat selanjutnya ialah menetapkan inovasi Standar Baru Kepemimpinan.
Ada faktor yang sangat mempengaruhi dalam menjadikan milenial sebagai pempimpin
di masa depan, salah satunya dalam sekotor pajak. Pemimpin disini dapat
diartikan sebagai pemimpin yang taat aturan negara. Faktor yang pertama,
apabila generasi baby boomer sudah mulai pensiun, hal tersebut akan menyebabkan
keksosongan dalam kursi jabatan.Kedua, baby boomer yang berpengalaman ingin
berada di posisi yang sama. Ketiga, pemimpin muda dengan usia di bawah 30 tahun
semakin banyak disukai oleh rakyat di lingkungan suatu negaranya.
Pemimpin milenial akan bisa lebih
memprioritaskan nilai, etika, fleksibilitas, dan mutu balik yang kualitasnya
terjamin. Namun meskipun milenial lebih pemalu dari generasi sebelumnya, mereka
juga memiliki motivasi yang tinggi. Setidaknya generasi ini akan mendefinisikan
arah kepemimpinan yang lebih baik.
Cara yang kelima adalah dengan
belajar sungguh sungguh untuk mengabdikan diri dalam membangun konstribusi
pajak di era milenial yang dipenuhi dengan berbagai macam informasi dan
teknologi. Sebab kaum pelajar sangat dibutuhkan negara. Setiap insan dalam
kehidupan bernegara pasti dapat meluangkan waktu untuk ikut dalam
pembangunan bangsa. Dan kita sebagai generasi muda memiliki peran sebagai
penerus dalam pembangunan yang telah dibangun oleh para generasi sebelumnya,
karena peran generasi muda sangat diperlukan untuk melanjutkan proses
pembangunan tersebut. Disadari atu tidak, pemuda memiliki peran dan fungsi
besar dalam pembangunan bangsa. Pemuda merupakan aktor dan aktris dalam
pembangunan. Pemuda berperan aktif dalam segala aspek pembangunan bangsa.
Pembangunan bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh warga
Indonesia. Setiap warga negara Indonesia harus ikut serta dalam melaksanakan
pembangunan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam bidang pajak diperlukan upaya
pengolahan yang konservatif tanpa memperhatikan kepentingan individu namun
harus memperhatikan kepentingan kelompok guna membangun sumbang asih untuk
negeri dalam dunia perpajakan.
Pembangunan pajak di era milenial
sangat mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu beranekaragam
jenis atau macamnya. Misalnya dalam perdagangan diperlukan pajak kios atau
pajak lapak, untuk penduduk pribumi misalnya pajak bumi dan bangunan bahkan
pajak kendaraan bermotor untuk pengguna lalu lintas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kaum milenial sangat memiliki peran yang dominan guna menghindari efek bencana
alam negeri yang berakibat fatal bagi pembangunan ekonomi. Diperkirakan hanya
13 persen kaum muda yang peduli terhadap pajak. Kepedulian terhadap pajak dapat
dilakukan dengan sosialisasi dan pendidikan yang memadai dan berpikiran matang
dan brilian demi berjalan lacarnya pembangunan perpajakan dengan sumber daya
Indonesia yang melimpah ruah dengan teknologi dan informasi yang sangat
berkembang tanpa adanya hal-hal yang kuno dan tradisional.